Senin, 16 Maret 2009

Pendidikan Anak Usia Dini 5

Pendidikan Usia Dini Berpusat pada Anak

Jakarta, Kompas - Pendidikan usia dini sebaiknya berpusat pada kebutuhan anak, yaitu pendidikan yang berdasarkan pada minat, kebutuhan, dan kemampuan sang anak. Oleh karena itu, peran pendidik sangatlah penting. Pendidik harus mampu memfasilitasi aktivitas anak dengan material yang beragam.
Demikian yang mengemuka pada seminar "Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Education" yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pendidik Anak Usia Dini Indonesia (Apiasia) di Jakarta, Sabtu (9/4).
Pengertian pendidik dalam hal ini tidak hanya terbatas pada guru saja, tetapi juga orangtua dan lingkungan. Seorang anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Seminar menampilkan dua pembicara, yaitu Asisten Wakil Kepala Sekolah Cita Buana Kerry Jones yang lebih dari 15 tahun menangani pendidikan usia dini dan Elga Andriana, Direktur Early Childhood Care and Development Resource Center di Yogyakarta.
Elga menekankan pentingnya peran aktif dari si anak dalam proses belajarnya. Berdasarkan minat dan kemampuannya, si anak berinisiatif dan bergerak aktif untuk mengeksplorasi langsung lingkungannya dengan menggunakan benda-benda konkret yang dekat dengan kehidupannya.
Oleh karena itu, Kerry Jones memberi satu strategi utama bagi pembelajaran anak, yaitu bermain. Bagi orang dewasa, bermain masih sering diartikan sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu. Padahal, sesungguhnya itu adalah sarana terbaik bagi seorang anak untuk belajar secara aktif dan menyenangkan.
Interaksi
Interaksi antara anak dan edukator sangat penting. Elga memaparkan, edukator hendaknya merespons dengan cepat dan langsung pada kebutuhan, keinginan, dan pesan anak, serta menyesuaikan respons terhadap perbedaan style dan kemampuan anak. Edukator juga harus memberi banyak kesempatan kepada anak untuk berkomunikasi, memfasilitasi keberhasilan anak menyelesaikan tugas berupa dukungan, perhatian, kedekatan fisik dan dorongan. Orang dewasa paham bahwa anak belajar melalui coba-ralat dan bahwa kesalahpahaman anak mencerminkan perkembangan berpikirnya.
Edukator harus selalu memerhatikan tanda-tanda anak yang stres dan tahu cara membantu anak menghadapinya.
Orangtua merupakan pihak yang tepat dan bertanggung jawab untuk membagi dalam mengambil keputusan untuk anaknya, tentang apa yang berguna untuk anak dan pendidikannya. Orangtua harus didorong untuk memerhatikan dan berpartisipasi.
Guru juga perlu membagi pengetahuannya tentang perkembangan anak, pemahaman, dan sumber daya yang ada sebagai bagian dari komunikasi rutin sewaktu pertemuan dengan anggota keluarga.
Keputusan penting tentang anak, misalnya pendaftaran ke suatu sekolah atau lembaga, sebaiknya tidak dibuat berdasarkan satu asesmen perkembangan atau alat tes, melainkan berdasarkan hasil observasi guru dan orangtua.
Kerry Jones menambahkan, pembelajaran anak sebaiknya adalah dengan langsung mengerjakan. Anak-anak belajar langsung, konsentrasi pada pengalaman yang melibatkan sense mereka, mencoba untuk mengungkapkan ide-ide, serta melakukan hal-hal yang berarti untuk mereka. (LOK) Manado, 31 Agustus 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar